God bless this mess.



Senin, 14 Juni 2010

Aku. Kamu. Pria ini.

Kesalahan adalah bagian dari kehidupan. Bukan hanya aku. Bukan hanya kamu.

Ada kesalahan-kesalahan yang ditangisi. Ada kesalahan-kesalahan yang dibenci dan dipilih untuk dilupakan.

Ah, terkadang manusia sangat munafik. Dia melakukan kesalahan, kemudian dia mengingkarinya. Berbagai pembelaan diri dan pembenaran bermunculan. Pada akhirnya mereka berhenti berkelahi dengan dirinya, kembali ke bangkunya, lalu mulai menangis.

"Bagaimana bisa sih?"
Teriakan itu tidak kurang dari klakson panjang di tengah macet dan terik matahari ibu kota. Tidak berguna, menyebalkan, dan membuat segalanya menjadi semakin kacau.

Tiba-tiba terlintas lirik lagu Armada. Oh, pergaulanku 5 hari dalam seminggu akhir-akhir ini benar-benar payah.

..
Kesalahan itu terjadi begitu saja. Hei, ayolah, kita tidak pernah berpikir panjang dan serius kan ketika melakukan kesalahan?

He is just another boy.

Kalau boleh meminjam istilah salah seorang teman, "ketika itu kami tidak saling melihat satu sama lain."

Satu kali. Dua kali. Tiga kali. Tanpa sadar pria ini selalu ada di hari-hariku. Oh ya, "pria ini", aku akan menyebutnya seperti ini saja. Karena kembali ke kalimat awal, "He is just another boy."

Perkenalan kami singkat dan remeh. Tidak berlangsung terlalu istimewa, bahkan ketika itu aku belum tahu pria ini ada di semesta yang mana.

Segalanya berjalan begitu saja. Aku menjalani hidup. Begitu pula dengan pria ini. Kami bertemu ketika kami harus bertemu. Kami berbincang ketika kami harus berbincang. Dan tanpa sadar, keharusan bukan lagi sesuatu yang terjadi sekali-sekali.

Aku bersikeras bahwa semua ini hanya siklus lain dalam kehidupan. Tidak ada yang istimewa.

Kalau diaudiovisualisasikan dalam sebuah film, saat ini kita sampai pada sebuah scene yang membosankan. Cuplikan-cuplikan kehidupan. Seperti kamera-perekam yang begitu saja diletakkan di dekat meja makan dalam kondisi merekam.

"Kita ngapain sih?"
Kalau pertanyaan ini muncul 1 atau 2 minggu yang lalu, menjawabnya akan semudah menyanyikan lagu 'Balonku' dengan mengganti semua huruf vokal menjadi huruf 'O'. Dan saat ini menjawabnya bahkan lebih sulit dari orang cedal yang harus melafalkan "Ra Ra Riot" dengan benar.

"Ah sudahlah"
Hah? Jawaban macam apa itu? Oke, mungkin artinya akan kurang lebih sama dengan cuplikan dialog ini:
"So what? I am happy. Aren't you happy?". Setidaknya, aku mengartikannya seperti itu.

Aku mulai menyadarinya. Sesuatu hal yang jauh berbeda dari sekedar siklus kehidupan. Atau sekedar kamera yang dipasang dalam kondisi 'on'.

Aku rasa aku mulai menyukai ini. Seperti lambung lapar yang diberi makan. Tidak peduli siapa yang memberi makan.

Buruknya, permainan ini mulai tidak lucu bahkan mulai mengelabuhi sel-sel neuro-transmitter dalam otakku.

Satu titik aku menyadari bahwa semua ini adalah tipuan. Entah senyawa amino apa yang telah masuk dan mengalir di sepanjang aliran darahku sehingga tubuh ini bereaksi dengan tidak waras, tidak rasional, dan.. dangkal.

..

Kamu berdiri tepat di depanku dengan segala merahmu. Penyesalan mulai membuat lidahku tercekat dan tidak kuasa lagi bicara. Aku nyata-nyata telah berbelok di persimpangan yang salah, dan aku masih berani berharap akan ada jalan pintas menuju jalan yang sebenarnya menjadi tujuanku.

Aku salah kapal. Aku salah mengantri tiket. Apapun kalimat yang dapat disisipkan kata salah, jadikan aku sebagai subyeknya!

"Kau tau, bagaimanapun juga aku pasti memaafkanmu"

"Kau tau, aku tau"

Lalu kamu pergi.



..

Aku selalu tau kau selalu memaafkanku. Maafmu seperti ombak soliton yang tak pernah putus dan tak pernah terburai.

Aku berusaha untuk berdiri.



Tapi tidak setegak dulu.





..





Langit tidak berwarna biru cerah lagi kali ini. Kata Chris Martin, "They're all yellow."
Rabu, 21 April 2010. Terik di luar.

6 komentar:

Ariza mengatakan...

udah pernah baca di fb. tapi ini, buatku, tetap favorit! :)

Anonim mengatakan...

di blog ini saya temui frase yang sepertinya cukup untuk menjadi jawaban alternatif selain sabar (saya butuh alternatif).
jadilah luas..

panji mengatakan...

nice writing, just keep doin good

Adelia Surya Pratiwi mengatakan...

mbak Icha : Thanks, mbak! Aku bener2 tersanjung. Mudah2an nggak cuma sekali seumur hidup. Hehehe.

anonim : haha, tampaknya kamu suka dengan "jadilah luas" itu :)

oanji : thanks a mil, i hope i can keep up this 'hard' work. You know.. Inspiration owns us, not we own inspiration. :D

Anonim mengatakan...

mungkin itu alasan utama saya mem-bookmark situs ini.

Adelia Surya Pratiwi mengatakan...

ya ampun, terima kasih.. ayo ayo tunjukkan dirimu! :D